Sabtu, 28 Mei 2011

kehidupan malam Yogyakarta

Malam hari adalah milik mereka yang mencari kesenangan duniawi. 
Waktunya untuk bersantai dan menikmati hidup. Misalnya saja bersuka 
ria di berbagai klab malam, kafe, diskotik, karaoke atau pusat 
hiburan lainnya. "Tetapi apakah kehidupan malam selalu identik 
dengan prostitusi dan obral lendir kenikmatan?" 
 
Tentu saja praktek esek-esek semacam itu hanyalah sekelumit fenomena 
malam yang kerap ditemui dan sudah menjadi rahasia umum di
masyarakat. Masih banyak hal yang bisa dinikmati selain bercengkrama
dengan kupu-kupu malam. Dan tak hanya di Jakarta, coba saja Anda
kunjungi Yogyakarta. Kota di Jawa Tengah yang masih memegang teguh
tradisinya ini akan menawarkan kehangatan di malam hari.

Kalau Jakarta punya Jalan Jaksa, Yogyakarta punya Kampung
Sosrowijayan alias kampung internasional. Para turis lebih menyukai
tinggal di beberapa rumah kampung tersebut, ketimbang bermalam di
hotel berbintang. Sentuhan lembut dan romantis Yogyakarta, membuat
orang betah menikmati kehidupan malam di sana. Ditambah dengan
pesona budaya Yogya yang khas, membuat banyak orang enggan beranjak
dari sana.

Salah satu yang terkenal di Yogya adalah Malioboro. Kawasan ini
terkenal seantero nusantara dan dunia internasional. Selain tempat
perbelanjaan oleh-oleh khas kota gudeg ini, Malioboro juga dikenal
dengan suasana malamnya.

Suara pengamen memainkan langgam Jawa serta hiruk-pikuk mereka yang
menikmati hidangan lesehan, merupakan pemandangan umum yang biasa
kita nikmati di Malioboro bila malam tiba. Di sudut sana, beberapa
tukang becak tampak lelap tertidur di kabin becak kesayangannya.
Sementara di bagian lain, para tukang parkir asyik menghitung
pendapatan hari itu.

Di jalanan, motor, mobil serta beberapa becak tampak hilir mudik.
Jangan harap menjumpai bis kota di sana saat matahari enggan
memancarkan sinarnya. Kalau Anda enggan naik taksi atau kendaraan
lainnya, jalan kaki menyusuri Malioboro asyik kok!

Selain menikmati hangatnya nasi gudeg dan opor ayam, jangan lupa
mampir di warung angkringan yang hanya ada di kota pelajar tersebut.
Menikmati kopi tubruk dan rokok thingwe (dilinting dhewe), rokok
yang dilinting sendiri dan biasanya dikonsumsi tukang becak atau
pekerja kasar).

Kalau ingin menikmati pertunjukan tari yang dilakukan seniman muda
jalanan, datang saja ke depan benteng Van de Brooch. Sembari
menikmati bajigur (minuman air jahe), kita dapat menyaksikan mereka
dengan kostum hitam-hitam dan muka 'belepotan' arang, memperlihatkan
kebolehannya.

Mengunjungi Yogya rasanya belum lengkap kalau Anda tidak menunggu
hingga dini hari tiba. Menyaksikan orang-orang bersepeda dengan
dagangan diboncengannya, menuju pasar Beringharjo, mencoba mencari
peruntungan. Kabut pagi membuat Yogya semakin indah.

Tapi kalau Anda mau berdisko ria, Yogya juga menyediakannya. Tak
beda dengan tempat hiburan di kota lain, diskotik di Yogya juga
rawan prostitusi dan obat-obatan terlarang. Pernah terjadi, beberapa
remaja ditemukan meninggal over dosis di dalam mobil dalam keadaan
telanjang bulat! Aih-aih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar